KENAPA KE PRAHA?

Satu kali Brian bertanya, “Tempat mana yang kamu ingin kunjungi di Eropa?”
Tanpa pikir panjang, saya jawab, “Andalusia dan Praha!”

Lalu, kenapa Andalusia dan Praha?

Well, Andalusia karena sejarahnya, dan Praha karena.. mmm.. film Mission Impossible (1996)! Hehehe.
Bukan deng! Bukan karena film MI.
Tapi karena Praha selalu terlihat indah di setiap foto yang saya lihat.

Awalnya kami akan mengunjungi Madrid lalu lanjut ke Andalusia (Seville, Cordoba, dan Granada). AirBnB di Seville pun sudah saya booking. Namun, tingginya harga tiket pesawat dari Chania ke Madrid bikin saya bilang ke Brian, “Let’s go to another place(s).” Saya ngga rela gitu sih bayar tiket pesawat hampir $1600an untuk kami berdua dengan tujuan ‘hanya’ di Eropa. ***istri agak pelit***

Setelah diskusi agak alot, akhirnya Brian setuju dengan pilihan saya, Kami memilih ke Praha - Vienna - Budapest!

Keputusan ini merefleksikan arti sebenarnya tentang musyarawarah untuk mufakat. Why?
Karena Brian selalu pengen ke Budapest, sementara saya, seperti yang saya bilang di awal, selalu bermimpi ke Praha. Dan yang paling penting, jalur Praha - Vienna - Budapest pas banget karena mudah, berdekatan, dan bisa dicapai dengan kereta dengan waktu tempuh yang tidak terlalu lama.

Sebenarnya ada perasaan sedikit kecewa atas gagalnya rencana ke Andalusia, I mean.. Al-Hambra.. Aaarggh.
Tapi, saya tahu bahwa Praha, Vienna, dan Budapest adalah tujuan yang paling tepat kali ini.

Setelah fix dengan tujuan kami, saya batalkan reservasi di Seville, saya booking tiket Chania - Prague PP, dan saya kontak teman saya, Mike, yang kebetulan berasal dan tinggal di Praha. Terakhir ketemu Mike itu 2012 di Kuala Lumpur, Malaysia. Jadi.. reunian!!!

Ooh! Wait.. tentu aja booking cat-sitter untuk Koko dan Kiko. LOL

Long story short, tanggal 22 Desember kami berangkat dari bandara Chania pukul 09.25, transfer di Athena sekitar 4 jam, dan tiba di bandara Vaclav Havel Praha pukul 16.05.

Setelah selesai dengan bagasi, bergegas kami keluar dan mencari teman saya, Mike. Kami memutuskan untuk menunggu diluar.

Lima menit.. Sepuluh menit.. Lima belas menit.. Koq Mike ngga keliatan, padahal dia bilang udah di terminal 2 E. Well, bener sih Terminal 2E, tapi ngga akan ketemu, karena kami nunggu dibawah, sementara dia nunggu diatas, di keberangkatan! ***rolling eyes***

Kami pun menuju ke Terminal 2E Departure dengan naik eskalator yang tepat ada di sebelah kami berdiri.

“That’s Mike!”, saya bilang ke Brian.

“Nizaaaarr!!!”. Mike berdiri sekitar 5 meter dari eskalator, memanggil nama saya, melambaikan dua tangannya sambil agak melompat berulang.

“I get it, Mike, I see you!”, begitu batin saya saat melihat tingkah Mike.

Belum sempat saya menanyakan kabarnya, tanpa mukadimah dia langsung meluk saya! Hadooooh… Orang bule! Sambil istighfar *sigh*, saya mengenalkan Mike ke Brian.

”Ok, let’s go to your hotel!”, katanya sambil mengambil koper dari tangan saya.

Saya agak sedikit kaget ketika tahu bahwa BMW Series 4 warna putih convertible itu ternyata punya Mike. Haha.

”Wow.. look at this car, fancy, Mike!”

”Nizar, this is family car.”

BMW dua pintu itu family car? Pegimana maksudnya ye khaaan?! ***tepok jidat***

[Ugh.. Sekarang baru kepikiran, mestinya saat itu saya foto situasi kami di bandara saat ketemu Mike.]

Saya dan Brian saling mempersilahkan duduk di depan. Sungguh, jujur.. saya pengennya duduk di depan. Hahaha.
Tapi ngga banget kan, saya sebagai istri, duduk sebelahan sama Mike yang jelas bukan mahrom, sementara suami saya duduk di belakang. Haha.

Anyway.. Kesan pertama saya keluar dari bandara menuju kota Praha itu BERSIH!

Hanya sekitar 20 menit kami sudah masuk ke pusat kota.

Aaaargghh.. Praha persis seperti yang saya bayangkan!

Arsitektur berusia ratusan bahkan ribuan tahun bersanding serasi dengan bangunan dan transportasi modern.

Saya, di jok belakang, macam orang norak, kerap berdecak kagum. Ya gimana dong.. Praha ngga bo’ong indahnya!

Tidak lama, kami tiba di hotel Ametyst, yang ternyata hanya berjarak 2 blok dari apartemen Mike. Katanya, alasan dia booking hotel tersebut supaya ngga jauh-jauh dari tempat dia tinggal. Mmmmkaaayy lah.

Setelah check in, sholat maghrib dan isya (Alhamdulillaah hadiah menjadi musafir), Mike mengajak kami ke pusat kota Praha.

Lampu-lampu dan hiasan natal nampak sudah ramai terlihat di kanan kiri jalan, juga di banyak bangunan, toko, dan restoran. Bahkan sudah ada beberapa Christmas Market di beberapa sudut kota Praha ini.

Tidak terasa, sekitar tiga kilometer kemudian, tiba juga kami di pusat kota Praha.

Narodni Museum (museum nasional), Wenceslas Square (ternyata dua minggu sebelum kami tiba ada protes besar-besaran di Wenceslas Square ini), lalu lanjut ke daerah Old Town Square… aaah banyak lagiii. In sya Alloh tempat-tempat yang harus dikunjungi saat di Praha akan ada di blog selanjutnya.

Malam kami tutup dengan makan (sangat) malam di salah satu restoran dekat dengan hotel.

Mungkin klo dihitung-hitung jarak kami berjalan dari hotel ke pusat kota Praha lalu kembali ke hotel bisa sekitar 17 kilometer. Makanya, tiba di hotel kaki saya macem MATI RASA.

Panduan Mendapatkan MULTIPLE ENTRY VISA Ke Jepang

"WNI kan sekarang sudah BEBAS VISA ke Jepang!"
BENAR, kalau sudah punya e-passport! TAPI itupun tetap harus daftar untuk passport waiver, dan HANYA bisa tinggal di Jepang maksimal 15 HARI!

Anyway, saya pernah tinggal di Jepang selama 4 tahun (2013 - 2017). Setelah setahun meninggalkan Jepang, saya masih susah move-on dan selalu rindu akan Jepang. Dan rindupun terobati! Akhir Maret ini (2018), saya akan kembali ke Jepang sekitar 3 minggu. YAY!

Kalau dulu saya bisa keluar masuk Jepang kapan saja, sekarang saya butuh visa! **sigh**
Saya beruntung tinggal di Bremerton, hanya 50 menit (dengan ferry) dari Seattle, salah satu lokasi Konsulat Jendral Jepang yang bisa mengeluarkan visa di Amerika Serikat.

Saat saya lihat di website Konjen Jepang di Seattle ada opsi MULTIPLE ENTRY VISA, langsung saja saya langsung telpon ke Konjen Jepang untuk bertanya apakah WNI ELIGIBLE untuk MULTIPLE ENTRY VISA, dan jawabanya.. YES, ELIGIBLE! :) Satu hal penting untuk pengajuan Multiple Entry Visa Jepang ini adalah PERNAH berkunjung ke Jepang dan negara G7 dalam TIGA tahun terakhir.

Berikut syarat/dokumen yang dibutuhkan untuk aplikas MULTIPLE ENTRY VISA Jepang.

  1. Paspor
    Jangan lupa lihat masa berlaku paspor Anda! Segera perbaharui paspor Anda jika masa berlakunya sama atau kurang dari 6 bulan!

  2. Foto Terbaru 2x2 (inch) Berlatar Belakang Putih

  3. Greencard atau bukti keimigrasian dari negara tempat Anda berdomisili
    Bawa GC asli dan 1 copy.

  4. Formulir Aplikasi Visa
    Bisa di download disini.

  5. Surat Permohonan
    Surat permohonan ini intinya adalah alasan dan tujuan untuk mendapatkan multiple entry visa. Menurut saya ada tiga unsur untuk surat permohonan ini, yaitu: simple, jelas, dan jujur.

  6. Bukti Keuangan 3 Bulan Terakhir

  7. Form 1040, Tax Return Form.
    Hanya untuk Greencard holder.

  8. Tiket PP

  9. Itinerary/Jadwal di Jepang
    Bisa diunduh disini. Saya tidak menyertakan form ini, karena lupa, dan juga karena tidak diminta.

  10. Invitation Letter
    Bisa diunduh disini. Mereka meminta form ini karena saya akan tinggal di rumah teman saya selama di Jepang.

  11. ID Pengundang
    Kartu permanent resident/paspor/SIM dari orang yang membuat invitation letter.

  12. Fee Multiple Entry Visa, $55
    $55 untuk Multiple Entry Visa menurut saya worth-it, dibanding $29 untuk SINGLE VISA.
    Multiple Entry Visa berlaku 3 tahun, dan tiap kunjungan saya bisa tinggal maksimal 30 hari.

Saat saya datang ke konjen Jepang di Seattle, saya lupa mempersiapkan dan membawa beberapa dokumen (nomer 5, 8, 10, 11), tapi pihak konjen bilang saya bisa mengirimkan dokumen tersebut via email. 

Nah, dokumen diatas berlaku untuk saya, WNI yang berdomisili diluar Indonesia, lalu bagaimana dengan yang berdomisili di Indonesia? Kurang lebih sama, yaitu:

  1. Paspor

  2. Paspor lama (jika di paspor baru tidak ada visa/bukti kunjungan ke Jepang dan negara G7)

  3. Formulir aplikasi visa

  4. Foto 4.5 x 4.5 cm (latar belakang putih)

  5. Fotokopi KTP

  6. Fotokopi KK

  7. Rekening 3 bulan terakhir

  8. Surat keterangan bekerja/usaha

  9. Slip gaji 3 bulan terakhir

  10. Surat permohonan (saya lampirkan surat permohonan yang saya buat di bawah)

  11. Biaya Multiple Entry Visa, Rp. 740.000

Multiple Entry Visa Jepang yang diajukan di Indonesia berlaku 5 TAHUN! Sementara yang saya dapat dari perwakilan Jepang di Amerika Serikat hanya 3 TAHUN.

Tempat pengajuan visa ke Jepang HARUS berdasarkan alamat KTP. Jika KTP Anda berdomisili di Jakarta atau misalnya Yogyakarta, maka pengajuan visa dilakukan di Jakarta. Jika KTP Anda berdomisili di Papua, maka pengajuan visa dilakukan di Makassar. 

Pembagian wilayah kerja konsulat jendral Jepang di Indonesia bisa dilihat DISINI.



Multiple Entry Visa ini mungkin tidak terlalu dibutuhkan oleh WNI yang berdomisili di Indonesia, apalagi yang telah memiliki e-passport. Namun, bagi saya, WNI yang tidak berdomisili di Indonesia, tidak memiliki e-passport, dan selalu homesick akan Jepang, Multiple Entry Visa ini sangat efektif dan efisien.

Jangan hanya berpatokan pada pengalaman saya, karena mungkin beda lokasi beda aturan. Untuk lebih jelasnya, sila hubungi kedutaan atau konsulat jendral terdekat Jepang di kota Anda.
 

Selamat jalan-jalan ke Jepang!

Fukubukuro: Black Friday ala Jepang

Selain musim sakura dan momijigari, salah satu waktu terbaik berkunjung ke Jepang adalah tahun baru.

Tidak seperti kebanyakan negara lain, tahun baru di Jepang relatif 'sepi'. Tidak ada hingar bingar kembang api, kecuali di pusat turis, misal di Tokyo. Itu pun hanya di satu spot. Dan kecuali di kota-kota besar, hampir 90% bisnis retail tutup. 

Jika tahun baru di negara lain melulu tentang pesta dan kembang api, maka tahun baru di Jepang adalah momen untuk bersilaturahmi dan beribadah. Biasanya keluarga akan berkumpul di tempat yang dituakan, lalu berangkat bersama ke kuil untuk bersembahyang saat malam tahun baru. Syahdu dan damai.

Fukuruburo di salah satu toko optik di Hiroshima.

Fukuruburo di salah satu toko optik di Hiroshima.

Namun, kesan sepi seketika berubah keesokan harinya, 2 Januari, saat dimulainya Fukubukuro.

Fukubukuro adalah salah satu tradisi tahun baru di Jepang yang dimulai tanggal 2 Januari -- namun ada beberapa toko yang sudah memulai Fukuruburo mulai 1 Januari. Bayangkan Fukubukuro seperti Black Friday di Amerika, but in a civil way. Tidak ada orang 'berebutan' bahkan adu otot untuk, misal, televisi.

Fukuruburo di salah satu pusat perbelanjaan di Hiroshima. Everywhere's SALE!

Fukuruburo di salah satu pusat perbelanjaan di Hiroshima. Everywhere's SALE!

Fukubukuro (福袋,   fuku = keberuntungan, dan bukuro = tas) pertama kali di mulai oleh Ginza Matsuya pada masa kekaisaran Meiji. Fukubukuro (lucky bag) biasanya terdiri dari beberapa produk yang di kemas tertutup dalam satu tas. Isi Fukubukuro bervariasi dari kebutuhan rumah tangga, alat sekolah, aksesoris, jas, wine, kosmetik, buah-buahan, perhiasan, dan masih banyak lagi. Potongan harga per-paket bisa hingga 90%, maka tidak jarang akan ada antrian panjang jauh di most wanted stores.

Berdasarkan kepercayaan di Jepang (terutama bagi pelaku retail), momen tahun baru adalah waktu untuk bebersih dan memulai segalanya dengan yang baru. Maka Fukubukuro adalah waktu terbaik dan mudah untuk menghabiskan persediaan barang dari tahun sebelumnya.
 

Tips untuk berburu Fukubukuro ala saya: NONE!

Hehe. 

Iya, tidak ada tips Fukubukuro dari saya. 

Saya selalu berusaha (atau tepatnya sedang belajar) untuk smart shopping (walaupun kadang berat!), kualitas diatas kuantitas.  Saya pun memilih untuk mengetahui apa yang saya beli. Maksudnya, isi satu tas Fukubukuro mungkin bernilai separuh harga, tapi belum tentu saya butuh dan suka dengan isi dari Fukubukuro tersebut.

Salah satu dari sedikit Fukuruburo yang bisa di intip isi nya. My kinda Fukuruburo. Yuuumm!!

Salah satu dari sedikit Fukuruburo yang bisa di intip isi nya. My kinda Fukuruburo. Yuuumm!!

Tapiiiiiiii saya tahu benar nikmat nya berbelanja! ;) I, actually, used to be an impulsive shopper who were crazy over discounted items :) Well, who doesn't love low price, right? So Fukubukuro definitely a fun experience for you all, cheappo! :)

Planning to go to Japan during the new year? Heck yes! Why? Because you will get three kind of therapies: soul therapy, mind therapy, and.... retail therapy :)

Xoxo
Nizar